Perdebatan juri yang menegangkan di sidang pidana pertama Trump
Perdebatan juri yang menegangkan di sidang pidana pertama Trump . Pembicaraan juri yang mencekam di sidang pidana pertama Trump
Situasi berbeda dari kelambanan jadi kemelut tinggi dalam perhitungan detik di lantai 15 dengan keamanan tinggi di gedung pengadilan tua Manhattan yang kotor, tempat juri akan meneruskan pemikiran berkenaan nasib Donald Trump pada Kamis pagi.
Tujuh juri lelaki dan lima wanita, dipegang dengan seorang mandor yang lebih besar di. Irlandia, telah masuk jam ke-4 pekerjaan monumental mereka saat mereka pecahkan kebosanan yang menginjak-injak pada Rabu sore. Sebuah bel yang minta perhatian hakim mengeluarkan bunyi, mendadak membuat beberapa advokat, staff pengadilan, polisi dan reporter segera ke arah tempat duduk mereka. Selanjutnya Trump keluar ruangan tunggunya sekalian menarik kerah pakaiannya dengan kuat. Calon calon dari Partai Republik ini kenakan dasi extra panjang sebagai ciri-ciri uniknya – tetapi memakai warna emas. Bukan warna merah pada kampanye “Make America Great Again”.
Pada akhirannya, kekuatiran itu tidak mengisyaratkan ada keputusan dalam persidangan uang tutup mulut yang bisa mencap presiden ke-45 itu sebagai terpidana penjahat. Itu ialah catatan dari juri yang minta pembacaan kembali sejumlah kesaksian yang padat dan panjang, dari bekas gembong tabloid David Pecker dan saksi bintang penuntut. Bekas pemecah permasalahan Trump, Michael Cohen. Kesaksian mereka pas untuk menanyakan niat Trump dalam berusaha mematikan beberapa cerita malu-maluin mengenai kehidupan pribadinya, yang mungkin menerangkan imbalan ke bintang film dewasa Stormy Daniels yang difasilitaskan oleh Cohen, menurut beskal. Di bawah perintah atasannya. (Trump sudah menentang sangkaan perselingkuhannya dengan Daniels dan akui tidak bersalah dalam kasus itu.)
Perdebatan juri yang menegangkan di sidang pidana pertama Trump
Saat Hakim Juan Merchan dan advokat menyisir transkrip yang berisi kesaksian yang sulit dan kadangkala kotor. Bel mengeluarkan bunyi kembali, dengan keinginan baru dari juri yang ditahan. Beberapa reporter di ruangan sidang yang sesak penuh mengeluh saat diketahui jika beberapa juri ingin dengarkan perintah Merchan – yang habiskan waktu beberapa jam untuk membacanya dengan keras pada Rabu pagi – kembali.
Tidak seorang juga di luar ruang tempat 12 masyarakat pikirkan nasib seorang tersangka ketahui apa yang sebetulnya terjadi. Ini tidak hentikan pembacaan daun teh di jejeran lokasi stand-up tv di seberang jalan. Kemauan juri untuk memberi kesaksian memperlihatkan jika tidak ada keputusan yang hendak diambil dalam kurun waktu dekat – dan mereka pahami besarnya pekerjaan mereka dalam kasus yang penting untuk rekam jejak. Trump dan masa datang bangsa.
Bahkan juga untuk mereka yang mempunyai transkrip ruangan sidang yang di-launching dengan public. Perintah Merchan mempunyai potensi memusingkan orang pemula. Menurut hukum New York, juri tidak memperoleh cetakannya, menjadi tidaklah heran bila mereka inginkan kepastian. Riset hukum senior CNN Elie Honig menjelaskan perintah itu “berlebihan untuk diresap dan dimengerti manusia mana saja.”
Pertanyaan kunci sebagai akar persidangan
Keinginan juri menyorot pertanyaan besar dalam penuntutan yang memakai interpretasi hukum baru untuk coba minta pertanggungjawaban. Trump atas pilpres tahun 2016. Yang nampaknya terjadi sepanjang umur.