Armenia menarik diri dari aliansi militer yang dipimpin Rusia

Armenia menarik diri dari aliansi militer yang dipimpin Rusia

Armenia menarik diri dari aliansi militer yang dipimpin Rusia, menuduh anggotanya merencanakan perang

Armenia akan meninggalkan aliansi militer yang dipimpin Rusia, Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengkonfirmasi pada hari Rabu, menuduh anggota blok tersebut berkomplot dengan saingan beratnya Azerbaijan untuk memulai perang melawan mereka.

Pashinyan selama berbulan-bulan menuduh Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) Kremlin gagal melindungi Armenia dari kebangkitan agresi Azerbaijan, dan mengancam akan meninggalkan blok tersebut jika Moskow tidak memberikan jaminan yang lebih besar dan berusaha untuk bersatu lebih dekat dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Sejak runtuhnya Uni Soviet, Armenia dan Azerbaijan telah berperang dua kali terkait wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri, yang direbut kembali oleh Azerbaijan secara paksa pada bulan September. Rusia secara tradisional bersekutu dengan Armenia. Namun hubungan mereka memburuk dalam beberapa bulan terakhir sementara hubungan Moskow dengan Azerbaijan semakin dalam.

Berbicara kepada anggota parlemen di ibu kota Yerevan. Pashinyan mengatakan negaranya telah “membekukan” partisipasinya dalam CSTO dan akan meninggalkan blok tersebut pada waktu yang ditentukan oleh Armenia.

Armenia menarik diri dari aliansi militer yang dipimpin Rusia

Armenia menarik diri dari aliansi militer yang dipimpin Rusia

“Kami akan memutuskan kapan kami pergi, tapi kami tidak akan kembali.” Kata Pashinyan seperti dikutip media pemerintah Armenpress. “Ternyata para anggota aliansi tidak memenuhi kewajiban kontrak mereka, namun merencanakan perang dengan Azerbaijan melawan kami.”

Pashinyan tidak menyebutkan nama negara-negara yang tertuduh dalam blok tersebut, yang mencakup. Rusia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan, dan didirikan pada tahun 1992 ketika Uni Soviet runtuh.
Putusnya hubungan Armenia dengan Rusia terjadi setelah Azerbaijan merebut kembali Nagorno-Karabakh dalam perang satu hari pada bulan September. Yang memicu eksodus hampir seluruh populasi etnis Armenia di daerah kantong Kaukasia tersebut. Meskipun ada pasukan penjaga perdamaian Rusia di sana.

Beberapa warga Armenia Karabakh mengatakan kepada CNN pada saat itu bahwa mereka merasa “dikhianati” oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia yang “tidak melakukan apa pun” untuk melindungi mereka, sehingga mereka tidak punya pilihan selain meninggalkan rumah mereka dan melarikan diri ke Armenia. Saat lebih dari 100.000 orang turun ke satu-satunya jalan keluar dari Karabakh. Sebuah papan reklame yang menampilkan wajah Presiden Rusia Vladimir Putin mengawasi mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *